Laman

Rabu, 12 Juni 2013

Manufaktur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.
Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, dimana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Manufaktur ada dalam segala bidang sistim ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
Beberapa industri seperti semikonduktor dan baja lebih sering menggunakan istilah fabrikasi dibandingkan manufaktur.
Sektor manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik.

  • Pada awalnya, manufaktur biasanya hanya terdiri dari seorang tukang yang ahli beserta beberapa pembantu. Para pembantu akan belajar sambil bekerja. Memasuki masa pra-industri, sistim serikat pekerja melindungi ketrampilan para ahli ini.
  • Sebelum revolusi industri kebanyakan manufaktur berada di daerah pedesaan, dimana produk-produk rumahan dan bergerak dalam pengolahan hasil pertanian..

Jumat, 13 April 2012

Marketing Jemput Bola


Seorang marketing adalah ujung tombak dalam bisnis apapun. Sehebat apapun sebuah produk bisnis (entah itu berupa produk dagang atau jasa) tanpa adanya marketing, maka produk itu bagaikan harimau tanpa gigi. Sebaliknya, sebuah produk yang kurang bagus sekalipun kalau didukung dengan adanya marketing yang baik yang penuh dengan strategi jitu dan akurat, maka bisa dipastikan produk tersebut dapat laku keras di pasaran.
Sebegitu pentingnya elemen sebuah marketing dalam sebuah perusahaan sampai-sampai biasanya para marketer itu dibayar dengan gaji yang cukup tinggi (bahkan beberapa orang marketer komisian, besar komisi bisa melebihi gaji seorang direktur apabila target dapat dicapai). Tetapi pada dasarnya, seorang marketing tidak ada bedanya dengan seorang sales. Apa yang membedakan ??
Menurut saya perbedaan mendasar dari seorang marketing dan sales adalah teknik mereka dalam melakukan penjualan.
Seorang sales biasanya melakukan penjualan secara frontal. Menjual secara langsung produk kepada customer. Tujuan utama seorang sales mungkin bisa dikata quantity produk terjual pada hari itu. Sedangkan seorang marketing, walaupun tujuannya juga sama-sama menjual produk, namun biasanya dalam menjual produk mereka memiliki strategi-strategi penjualan yang direncanakan dengan baik dan matang. Target seorang marketing bukan hanya quantity penjualan dalam sehari tetapi juga meliputi repeat order setiap harinya melalui setiap strategi
Ada beberapa strategi marketing, salah satunya adalah yang disebut Marketing Jemput Bola (istilah ini saya kutip dari pembicaraan saya dengan bibi saya tentang salah satu teknik marketing yang baik). Apa itu Marketing Jemput Bola ??
Kalau anda seorang penggemar sepak bola, pasti sedikit banyak istilah ini langsung dapat anda terjemahkan. Secara mudahnya, seorang marketing yang baik yang melakukan strategi Marketing Jemput Bola adalah seorang marketing yang tidak hanya menunggu orderan. Mereka adalah marketing yang aktif mengejar orderan itu, aktif melakukan follow up dan aktif memberikan service yang memuaskan kepada customernya. Tidak peduli apakah produk yang anda tawarkan cukup baik atau cukup jelek, seorang marketing Jemput Bola akan terus melakukan 3 aktivitas di atas setiap hari. Minimal, walaupun produk yang anda tawarkan tidak terlalu bagus, tetapi apabila anda melakukan 3 strategi di atas, paling tidak satu dari sepuluh orang customer anda akan membeli produk anda karena sungkan. Atau karena merasa puas dengan usaha anda. Atau bisa juga karena kasihan (semoga ini bukan alasan terbanyak, mengapa produk itu laku).
Whatever, Marketing Jemput Bola adalah salah satu strategi marketing terbaik yang banyak digunakan orang dan terbukti berhasil mendatangkan penjualan yang banyak. Dengan aktif melakukan pendekatan dan penjualan kepada customer, maka niscaya aktifitas marketing anda dapat berhasil.

MEMILIH KUADRAN ANDA


Sebagian besar dari kita pernah mendengar bahwa rahasia memperoleh kekayaan besar adalah:
  1. OPT – Other People’s Time (Waktu Orang Lain).
  2. OPM – Other People’s Money (Uang Orang Lain).
OPT dan OPM ditemukan di sisi kanan Quadrant. Kebanyakan orang yang bekerja di sisi kiri Quadrant adalah OP (Other People) yang waktu dan uangnya dipergunakan oleh mereka yang berada di sisi kanan Quadrant. Di sisi kiri, para “E” dan “S” mungkin memiliki keamanan pekerjaan. Tapi, hanya dengan menjadi “B” atau “I” di sisi kanan Quadrant-lah Anda akan meraih kemanan dan kemudian kebebasan finansial.













Dengan memilih bisnis jenis “B”, bukannya bisnis jenis “S”, Anda akan memperoleh keuntungan jangka panjang menggunakan “waktu orang lain”. Salah satu kelemahan menjadi “S” yang berhasil adalah: keberhasilan itu berarti harus bekerja lebih keras. Dengan kata lain, pekerjaan yang bagus menghasilkan kerja yang lebih keras dan jam kerja yang lebih panjang.
Dalam merancang bisnis di sisi kanan Quadrant, sukses berarti meningkatkan sistem dan melibatkan lebih banyak orang. Dengan kata lain, kita bekerja lebih sedikit, menghasilkan uang lebih banyak, dan menikmati lebih banyak waktu luang.
Di seluruh Quadrant dibutuhkan kecerdasan finansial. Jika ingin beroperasi di sisi kanan Quadrant, yaitu sisi “B” dan “I”, Anda harus lebih pandai daripada jika memilih diam di sisi kiri Quadrant sebagai “E” dan “S”. Untuk menjadi “B” atau “I”, Anda harus bisa mengendalikan ke arah mana cash flow Anda mengalir.


 Menurut Robert Kiyosaki dalam bukunya “CASHFLOW Quadrant”, ada empat kuadran yang mungkin menjadi sumber penghasilan seseorang. 


 











 
Diagram ini adalah CASHFLOW Quadrant.
Huruf dalam masing-masing kuadran mewakili:
E untuk employee (pegawai)
S untuk self-employed (pekerja lepas)
B untuk business owner (pemilik usaha)
I untuk investor (peranam modal)
CASHFLOW Quadrant mewakili berbagai metode yang berlainan untuk mendapatkan uang atau penghasilan. Sebagai contoh, seorang “E” mendapat uang dengan bekerja untuk orang lain atau perusahaan. Orang-orang “S” mendapat uang dengan bekerja untuk diri sendiri. Seorang “B” memiliki usaha yang menghasilkan uang, dan “I” mendapatkan uangnya dari berbagai investasi mereka – dengan kata lain, uang menghasilkan uang yang lebih banyak.
Seorang “E” (pegawai) bisa merupakan presiden direktur perusahaan atau tukang sapu perusahaan. Yang terpenting bukanlah apa yang mereka lakukan, tapi perjanjian mengikat yang mereka miliki dengan orang atau organisasi yang mempekerjakan mereka.

KEKAYAAN DAN CASH FLOW

Robert Kiyosaki mendefinisikan kekayaan sebagai: “Jumlah hari di mana Anda bisa bertahan tanpa bekerja secara fisik (atau tanpa siapa pun dalam keluarga Anda bekerja secara fisik) dan tetap mempertahankan tingkat kehidupan Anda.”

Sebagai contoh: Jika pengeluaran Anda adalah Rp. 1.000.000,- per bulan, dan jika Anda memiliki tabungan sebesar Rp. 3.000.000,- maka kekayaan Anda adalah sekitar 3 bulan atau 90 hari. Kekayaan diukur dalam satuan waktu, bukan uang.

Jadi, yang penting bukanlah terutama tentang berapa banyak uang yang Anda hasilkan, tapi lebih mengenai berapa banyak uang yang Anda simpan, seberapa keras uang itu bekerja untuk Anda, dan berapa banyak generasi yang bisa Anda hidupi dengan uang itu. Itulah yang disebut kecerdasan finansial.

Beberapa tahun lalu, sebuah artikel menuliskan bahwa sebagian besar orang kaya menerima 70% penghasilan mereka dari investasi, atau dari kuadran “I”, dan kurang dari 30%-nya dari gaji, atau dari kuadran “E”. Dan jika bekerja sebagai “E”, maka kemungkinan besar mereka adalah pegawai perusahaan mereka sendiri.

Bagi kebanyakan orang lain, yaitu golongan miskin dan kelas menengah, setidaknya 80% penghasilan mereka berasal dari gaji di kuadran “E” atau “S” dan kurang dari 20% berasal dari investasi, atau dari kuadran “I”.

Banyak orang percaya bahwa hanya dengan menghasilkan lebih banyak uang, masalah finansial mereka akan selesai. Tapi, dalam banyak kasus, hal ini malah hanya menimbulkan masalah keuangan yang lebih besar. Alasan utama orang mempunyai masalah keuangan adalah karena mereka tidak pernah mendapat pelajaran tentang pengelolaan cash flow. Tanpa latihan ini mereka akhirnya mendapat masalah keuangan, lalu mereka bekerja lebih keras dengan keyakinan bahwa lebih banyak uang akan memecahkan masalah mereka.

Jadi, jika Anda ingin mengurus bisnis Anda sendiri, langkah berikut sebagai CEO bisnis hidup Anda adalah mengendalikan cash flow Anda. Jika Anda tidak melakukannya, menghasilkan lebih banyak uang takkan membuat Anda bertambah kaya… bahkan, lebih banyak uang membuat sebagian besar orang semakin miskin karena mereka sering pergi membelanjakannya dan semakin dalam terbenam utang setiap kali mendapat kenaikan gaji.

Seperti dinyatakan oleh Robert Kiyosaki dalam bukunya “Rich Dad Poor Dad,” ada tiga pola cash flow dasar. Satu untuk kelompok miskin, satu untuk kelompok kelas menengah, dan satu untuk kelompok kaya. Inilah pola cash flow untuk kelompok miskin:





















Dan ini adalah pola cash flow kelas menengah :
















Pola cash flow ini dianggap “normal” dan “inteligent” oleh masyarakat kita. Karena orang-orang yang mempunyai pola ini kemungkinan memiliki pekerjaan dengan bayaran tinggi, rumah bagus, mobil, dan kartu kredit.

Inilah yang disebut “impian kelas pekerja.”




Mempunyai pola cash flow kelas menengah memang normal di Era Industri, tapi hal itu bisa berbahaya di Era Informasi. Seiring dengan berkembangnya kecerdasan finansial, banyak orang yang mulai menyadari kesulitan finansial yang sedang mereka alami, meskipun masyarakat menganggap mereka “normal secara finansial.”

Ketika pemahaman itu timbul, Anda harus mulai berpikir seperti orang kaya dan bukannya seperti pekerja keras kelas menengah. Dengan mengubah pola berpikir Anda seperti pola berpikir kelompok kaya, Anda akan mulai mencari pola cash flow seperti ini:

 















Inilah pola pemikiran mental yang diajarkan oleh Robert Kiyosaki.

Ia tidak menyarankan Anda menjadi kecanduan pekerjaan dengan bayaran tinggi, tapi agar Anda mengembangkan pola pemikiran yang hanya terpusat pada aset dan pemasukan dalam bentuk capital gain, deviden, pemasukan uang sewa, pemasukan residual bisnis, dan royalti atau passive income.



Bagi Anda yang ingin berhasil di Era Informasi, semakin cepat mulai mengembangkan kecerdasan finansial serta emosional untuk berpikir dalam pola ini, semakin cepat Anda akan merasa lebih aman secara finansial dan menemukan kebebasan finansial. Dalam dunia di mana terdapat semakin sedikit keamanan pekerjaan, pola cash flow ini terasa lebih masuk akal. Dan untuk mencapai pola ini Anda perlu melihat dunia dari sisi “B” dan “I”, tidak hanya dari kuadran “E” dan “S” saja.

Di Era Informasi, gagasan kerja keras tidak mempunya arti yang sama dengan Era Agraria dan Era Industri. Di Era Informasi, orang yang bekerja fisik paling keras akan dibayar paling sedikit. Jadi, ungkapan “pakai otak, jangan pakai otot” maksudnya bukan memakai otak di kuadran “E” dan “S”. Yang dimaksud adalah memakai otak di kuadran “B” dan “I”. Itulah pola berpikir Era Informasi, yang membuat kecerdasan finansial dan emosional sangat penting saat ini seperti halnya di masa depan.